Nemo Wagging Tail Kisah Kusut Mahasiswa Acakadut

Minggu, 22 November 2015

//CERPEN// Manusia Favorit


Jika ada pilihan selain ini, aku pasti memilihnya. Aku tak mungkin menomor satukan ayah sementara kakek adalah lelaki pertama yang selalu menyapaku setiap pagi. Pun aku tak bisa menomor duakan ayah karena ia adalah lelaki pertama dan satu-satunya yang menyukai apapun yang aku lakukan.
Jika bisa kujelaskan, separuh dari paru-paruku ini milik ayah, sementara bagian lainnya milik kakek. Mereka adalah dua lelaki favoritku di dunia ini. Alasanku hidup dan bernafas hanya demi mereka. Selebihnya, aku bahkan tak pernah tahu apa tujuanku melakukan perjalanan panjang ini.
***
Kakek adalah tokoh pertama yang membuatku bermimpi tanpa batas. Ia selalu menceritakan padaku betapa negara ini membutuhkan pahlawan seperti aku. Beliau adalah orang pertama yang membuatku tahu sejarah Indonesia. Ekonomi, politik, sejarah, dan pancasila adalah makanan sehari-hari yang selalu ia ceritakan padaku. Loyalitasnya terhadap bela negara sangat tinggi. Kakekku bukan siapa-siapa, lelaki berambut putih itu hanyalah sisa-sisa veteran yang pernah berjuang dimasa mudanya. Saat ini ia hanya memiliki kenangan tempo dulu yang masih membayanginya, membuatnya semakin cinta negara ini.
Cita-citanya baik sekali, ia tak ingin negara ini kembali ke genggaman bangsa kulit putih. Ia hanya ingin semangatnya bisa diwariskan pada keturunannya.
Tapi seorang anak manusia telah menghancurkan harapannya. Anak satu-satunya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya tak mampu menjadi seperti apa yang diinginkan. Anak itu tak mampu menjadi seorang polisi, tentara, politikus, atau apapun, yang setidaknya berguna bagi kelangsungan negara demi meneruskan cita-cita ibu pertiwi. Anak muda yang menghancurkan harapan kakek kesayanganku itu tak lain adalah ayahku.


***
Ayah, pria bertubuh jangkung dan berkulit sawo matang itu adalah salah orang favoritku selain kakek. Aku tak pernah menyebut ayah nomor satu, atau dua. Bagiku, kakek dan ayah berada disatu level yang sama. Satu level ditubuhku, satu level di paru-paruku.
Ayah bekerja disalah satu perusahaan IT milik negara asing. Pekerjaannya membuat animasi game. Keahliannya cukup mumpuni dibidang teknologi.
Cara berpikir ayah sangat logis, itulah daya tariknya. Ia tak suka bertele-tele. Sifatnya keras kepala namun tegas, mungkin inilah salah satu sifat yang ia turunkan padaku.
Dari sinilah, kakek tidak menyukainya. Kakek berasumsi bahwa ayah tidak mencintai negaranya. Ia bahkan memilih perusahaan asing sebagai tempatnya bekerja. Secara tidak langsung itu akan mematikan perusahaan-perusahaan kecil di Indonesia.
sumber

***
Hubungan tidak mengenakkan itu terjadi sudah hampir 20 tahun lalu, tepatnya ketika ayah memutuskan bekerja diperusahaan asing itu. Hingga saat ini kondisi hubungan mereka tidak terlalu baik. Sapaan selamat pagi, ajakan makan malam bersama, atau sekedar meminta tolong membetulkan kran yang bocor hanya sepintas lalu saja. Selepasnya mereka kembali menyibukkan diri masing-masing. Awalnya aku tak mengerti kenapa ayah bersikap seperti itu, pun kakek yang tak pernah menghargai keinginan ayah, namun lambat laun waktu menjawabnya. Hal itu terjadi padaku jua.
***
Satu tahun yang lalu aku memutuskan masuk universitas pada jurusan teknologi. Seperti biasa, ayah selalu mendukung jalan yang aku pilih. Namun sikap kontra ditunjukkan kakek. Sudah jelas tertebak, kakek menduga aku mengikuti jejak ayah di dunia teknologi, kakek takut masa depanku berakhir seperti ayah, menjadi pegawai biasa yang tenaganya dikuras perusahaan asing. Aku paham betul keinginan kakek. Tapi selain bidang ini, tak ada lagi subject yang aku kuasai.
Bukan aku tak ingin mengikuti akademi kepolisian, tentara, atau sesuatu yang berbau bela negara. Hanya saja, fisikku ini alasan utama. Tubuh kurus kering yang dibawa dari gen ayah dan panjang tubuh yang sedang-sedang saja dari ibu membuatku seperti pria penderita penyakit kronis. Tentu saja itu tak menmcukupi persyaratan.
***
Akhirnya dengan pertimbangan yang matang, aku memutuskan mengikuti kata hati. Aku memilih kuliah di pulau seberang. Kututup rapat-rapat telinga, mata, dan mulutku. Sama sekali tak peduli dengan penolakan kakek atau nasehat ayah yang berat melepasku pergi. Ini satu-satunya cara. Kusampaikan betapa aku sangat menyayangi mereka dan sangat ingin mereka menjadi akur kembali lewat sepucuk surat yang kuletakkan dimeja makan.
Aku tak pernah tahu, bagaimana surat itu berakhir ditangan ayah dan kakek. Aku hanya mencoba tidak peduli. Inilah kekuatan seorang remaja sepertiku. Kuakui kerasnya sifat kepalaku yang diwariskan ayah kadang membuatku terlihat sangat egois. Sekali lagi, aku tidak peduli.
Pada hari itu juga, telah terputuskan olehku. Aku, cucu laki laki kakek, putra tunggal ayah, merantau ke pulau seberang demi sebuah tujuan. Aku punya tujuan.
Dan pada detik itu juga, antara aku, ayah, kakek, terbangun sebuah dinding besar yang seolah memisahkan kami.
***
Aku menuntut ilmu dengan giat. Pagi hari kuhabiskan waktu untuk kuliah, sore harinya aku bekerja di perusahaan asing yang berbasis teknologi. Terdengar mirip seperti ayah, tapi aku bukan ayah dan aku punya tujuan lain untuk itu
Kuhabiskan hari-hari di perantauan. Mendalami segala ilmu, belajar untuk berbagai kondisi, dan yang paling penting pengasingan untuk mencari jati diri.
Aku mulai belajar banyak hal. Perenungan akan semua kalimat ayah dan kakek kuresapi disini. Belajar alasan mengapa kakek sangat mencintai tanah air ini. Mencari tahu mengapa ayah seolah tak ingin mencintai negara ini. Bagaimana mungkin ayah dan kakek bertahun-tahun hidup dalam keadaan seperti itu. Mengapa kakek tidak menyerah saja kepada ayah? Toh ayah tak mungkin melepaskan pekerjaan yang sudah menghidupinya selama ini. mencintai negara ini, tanah air ini... apakah harus menjadi aparat negara? Yang berjuang di medan perang, yang bediri paling depan untuk membela? Ataukah mereka yang berbaris dibelakang? Mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki logika mereka untuk menyusun strategi? Ataukah mereka dengan barisan damai yang mengatas-namakan agama?
Semakin kuresapi, semakin aku bingung dibuatnya. Kita memang tak seharusnya mengerti pola pikir orang lain dengan teori. Tapi mencoba mengerti bagaimana menjadi bagian dari diri mereka.
Dan aku menemukan semuanya disini. Ketika waktu merubahku menjadi kakek, dan ada kalanya aku dituntut menjadi ayah.
Tak jarang kejadian-kejadian kecil seperti demo mahasiswa yang mengatas-namakan pembelaan negeri ini membuatku kembali teringat kakek. Atau segelintir kecil mahasiswa yang berfikir bahwa membela negara tak melulu soal berdiri paling depan dimedan perang, tapi mengerahkan seluruh kemampuan otak dan logika untuk menyusun strategi yang benar-benar mengingatkanku pada ayah.
Lantas apa yang harus kulakukan?
***
Kulakukan seluruh kemampuan terbaikku disini. Tujuanku hanya satu, kakek dan ayah.
Aku lulus tepat waktu, setelah empat tahun mengenyam pendidikan di universitas, aku diterima kerja disebuah perusahaan asing terkemuka yang berbasis terknologi. Untuk saat ini aku masih berada dipihak ayah.
Aku mempertajam kinerjaku, bagaimanapun juga aku ingin menonjol di bidang ini, satu-satunya bidang yang aku kuasai.
***
Satu tahun waktuku tersita di perusahaan ini. Hingga titik cerah itu pun muncul. Seorang atasan memberikan tawaran beasiswa diluar negeri. Ini kesempatanku menjadi master.
Aku mengambil beasiswa itu. Mati-matian kukejar hingga ke negeri sakura, Jepang.
Setelah lulus, satu per satu pekerjaan seperti menungguku. Tawaran membuat game online, programmer, sampai manager perusahaan silih berganti padaku.
Tapi demi satu tujuan yang telah kuidam-idamkan sejak lama, kutolak semua pekerjaan itu.
Aku bekerja sendiri, di flat kecil milikku. Aku bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk membuat beberapa game dan memasarkannya secara komersial.
Walau sempat mendapat beberapa penolakan, usahaku mendapat balasan yang indah. Ada sebuah perusahaan yang mau memasarkan hasil kerjaku untuk diproduksi secara komersial.
Aku memproduksi beberapa game online dengan tema Indonesia tempo dulu yang kukemas secara modern. Aku berharap anak-anak bangsa tahu tentang sejarah negara mereka. ‘Teknologi itu penting, tapi sejarah adalah kunci teknologi itu sendiri’.
***
Tujuanku hanya satu, kakek dan ayah. Aku memadukan keduanya, aku bekerja seperti ayah dan menyampaikan pesan kakek. Bahwa setiap pemuda di negeri ini harus tahu sejarahnya, harus tahu bagaimana membela negaranya dan banyak cara untuk itu.
Semua kerja keras ini kuperuntukkan untuk keduanya. Kakek dan ayah, dua lelaki paruh baya kesukaanku.
Bagaimanapun keadaannya, bagaimanpun tembok keras yang mencoba menghalangi hubungan kami, ayah dan kakek tetaplah manusia favoritku didunia ini. Aku harap mereka tahu.
***
Tamat 


P.S : Lagi mencoba menulis serius, jadinya malah seperti ini. Cerita pendek ini pernah diikutsertakan dalam kompetisi menulis, dan tentu saja bukan juaranya haha. Kritik, saran, masukan, tambahan, atau kurangan bisa langsung dilayangkan di bawah ini yaa. Anyway, thank you so much much much more yang udah baca postingan ala kadarnya ini. Bye!!

Minggu, 26 Juli 2015

Tujuh Motivasi “Cepat Lulus Kuliah”


Holaaa gaesssss, balik niiiih!! *rusakin sarang labalaba dipojok ruangan*

Gue lagi kesepian, jadi pengangguran, di pojokan, sambil tiduran. Lalat aja enggan ngelalerin gue. Kata salah satu perwakilan lalat, ikan asin lebih menarik ketimbang gue. Kurang hasem kan :((( Dasar tai lalat!

Okelah, sebenernya gue lagi mikir kenapa gue pengangguran banget gini, jadi mahasiswa tapi kampus masih belum buka. Gue serasa gak guna banget, kan? Liburan kampus lamaaaa banget, lamanya kek ngantri jodoh ke Tuhan.

Kalau gitu rulesnya, gue gak boleh lamalama jadi mahasiswa niih, supaya gak mati konyol nunggu liburan yang hampir dua bulan tiap semesternya. Gue mesti cepet lulus, mulai dengan memotivasi diri gue sendiri.

Buat kalian yang juga lagi butuh motivasi buat cepet lulus, nih gue sharein tipstips motivasi segera lulus versi mahasiswa tak berpengalaman.
Here they are:

1.   Pelit
source

Ada istilah pelit pangkal kaya. Mungkin gue salah satu manusia norak penganut paham itu. Jangan think negative dulu lah. Pelit disini means that gue gak mau bayar uang kuliah lamalama. Mari kita tela’ah berjamaah, pemirsah. Kalau kalian ngulang satu semester sajaa, udah pasti kalian harus nambah satu bayaran lagi buat kampus kalian. So, gaes, plis, terapin prinsip “pelit” ini kalau lolo pada gak mau mati konyol dan membusuk dikampus, di olokin temen seangkatan, dibuat pusing tujuh keliling dengan pertanyaan “kapan lulus?” dan di panggil opa sama maba yang unyuunyu itu. think again! So, mari samasama memotivasi diri sendiri, gue juga lagi usaha supaya gak dipanggil “tante” sama para maba yang ngakunya kekinian itu.

2.   Bosen
source


Honestly, gue adalah manusia paling pebosan berdasarkan kamus besar nyokap gue. Gue gak suka lamalama berkutat dengan rutinitas yang ituitu aja. Coba pikir, secara logika, rutinitas itu membosankan, kan? Gue yakin lolo yang lagi baca nih postingan acakadut ini lagi manggutmanggut setuju.  contoh sesuatu yang nggak penting, malesin banget, dan ngebosenin gilak ,adalah ngepoin dosen ngerjain tugas kuliah. Tugasnya ya melulu ituitu aja; buat materi, mikir 1, mikir 2, mikir 3, mikir 4, mikir *banyak kali*.......................... presentasi. Dan itu semua berujung dengan nilai akhir paling mentok B. Konyol banget. Perjuangan gue nyisihin receh demi receh buat ke warnet berakhir dengan nilai “ah sudahlah”. Rasa lelah, menghabiskan tinta, dan lembaran makalah pengen gue banting aja rasanya, sekalian banting dosennya. Makanya, motivasi gue adalah gue pengen cepet lulus supaya gak melulu ngadepin tugas kuliah yang banyaknya kek gunungan sampah di TPM *tempat pembuangan mantan* itu. eeeeeh.
Dan yuk samasama gunakan motivasi ini buat kalian yang suka bosenan kek gue.

3.   Malas
source


Kalau ada institute yang menghitung kadar kemalasan seseorang, mungkin gue tercatat dalam sejarahnya.
Gue pemalas berat, dan ini gue jadiin motivasi supaya cepat lulus. Kenapa? Karena gue males ngerjain tugas, bangun konyol dipagi buta demi ngampus yang berujung dengan dosen yang gak hadir, gue males diphpin dosen, males di bohongin, males di suruhsuruh, mankanya gue harus cepet lulus, dapat kerja yang asyik supaya gue gak males. Karena, orang yang mencintai pekerjaannya tidak sempat memperhitungkan kemalasannya.

4.   Ngerepotin orang lain itu nggak baik.

Terapin dalam diri kalian kalau ngerepotin orang lain itu gak baik. Bikin dosa iya, bikin kesel orang iya, dan bikin gue jadi ngomongin ini di blog, kan? Hmm.
Nah kalau kalian lama lama dikampus, entar kasihan tukang parkirnya, lahannya tambah penuh karena motor kalian. So, motivate yourself “gue harus cepet lulus biar lahan parkirnya bisa ditempatin sama maba”. It’s true, right? Bisa dicoba buat motivasi.

5.   Lihat sesuatu yang beda.

For your information nih gaesss, diluar sana masih ada banyaaaaak sekali sesuatu yang beda, yang belum kalian cicipi indahnya, dan remember, waktu kalian gak banyak. So, jangan habiskan waktu dan tenaga kalian buat kampus doang. Motivasi diri berkembang karena diluar sana banyak sesuatu indah yang mesti dicoba. Rasa penasaran itulah yang membawa gue termotivasi buat cepet lulus kuliah, cari pengalaman baru, biar bisa dikisahkan ke anak cucu.

6.   Gak mau monoton.

Selama ini hidup gue selalu monoton. Dari kecil sekolah mulu, belajar mulu. TK, SD, SMP, SMA, Kuliah. Kalau diitungitung belasan tahun lah gue makan bangku sekolah, dan sekarang, apa yang terjadi? gue seret lah, bertahuntahun makan bangku sekolah tapi gak dikasih minum. Itu pun, belum termasuk jamjam ekstra buat belajar informal, e.g: frimaghama, GOL, c’mon, and their friends.
Terlalu monoton, kan? Mankanya gue pengen cepet lulus supaya hidup gak melulu disuruh belajar, tapi nyuruh belajar anak orang dan dapat gaji. Asik yaaa.

7.   Gak ngabisin beras nyokap.

The most important motivation. Gue harus cepet lulus, bisa cari uang sendiri terus bisa makan enak di restaurantrestaurant yang menyajikan makanan aselole, luekoh, muantab, dan icikiwir haha. Gak melulu tentang telor ceplok dan mie instan. Dari yang namanya Indomie sampek berubah jadi Chinesemie. Dari mie gepeng sampai mie penyet. Entah sudah menjadi apa usus halusku selama ini. pfffft. Jadi gue harus cepet lulus, kerja, dapat uang, makan enak,dan nyuruh nyokap agar porsi masaknya dikurangi aja. Biar hemat stok beras dirumah. Harga beras lagi naik gunung, ke puncak B612 soalnya.

Nah, itu dia tipstips sesat ala mahasiswi acakadut yang juga masih berjuang dapat gelar sarjana. So, gak usah percayapercaya amat sama apa yang udah gue share diatas, karena keabsahannya belum teruji secara dermatologi.

At least, tujuh tips diatas bisa dicerna oleh logika yang absurd.
Kalau lolo pada punya tips lain selain yang diatas, jangan ragu buat share di comment box yaa. Biar para mahasiswa lawas a.k.a opaopa cepat insyaf dan menemukan kembali jalannya pulang.

For your information, all of the posting are fiction. So, keep logic and think positive!

Maafkan segala khilaf jarijari ini dalam pengetikan. Kritik dan saran, tulis aja dibawah, jangan dipendam, cinta terpendam pun tak baik untuk kesehatan hati dan ginjal anda.
Bye!

Salam usaha jadi sarjana,

*cap jari manis*

Mahasiswi acakadut yang berusaha memotivasi diri biar cepat lulus.